Categories Galeri Squidward Story

[Story] Valentine Kelima Tanpamu

Hujan deras mengguyur Palembang malam ini, menutup indahnya langit dengan selimut kelabu, meninggalkan genangan yang kelak akan mengacaukan lalu lintas. Air yang jatuh dari langit merayap di kaca jendela, merembes ke dalam ruangan yang semula panas oleh terik siang.

Bersama nada gemerintik hujan, alunan melodi “Amanojaku” tercampur dengan harmoni. Sebuah lagu Jepang yang mengisahkan cinta yang tak tersampaikan, tentang seseorang yang telah pergi dan tak terganti.

Ini seperti kisah kita bukan? Berawal dari janji yang dahulu kuciptakan hanya untuk memanfaatkanmu. Sungguh, seandainya kau menyadari itu sejak awal, mungkin cintamu takkan tumbuh sedalam itu. Mungkin kau akan segera pergi, mencari bahagiamu sendiri, bersama seseorang yang lebih layak untuk dirimu yang cantik jelita.

Namun, kau terlalu baik. Terlalu murni untuk memahami kebengisanku. Aku tak pernah menyangka seseorang sepertimu mampu mencintaiku—aku yang terlanjur dicap dingin dan tanpa belas kasih. Aku sendiri tak tahu mengapa kau menerimaku, merawat dan mencintaiku dengan ketulusan yang tak pernah kuduga. Seakan-akan kau hidup untuk melindungi diriku sendiri.

Kehadiranmu, tanpa kusadari, melunakkan sesuatu yang selama ini kupikir telah membatu dalam dadaku. Orang-orang berkata kejahatan adalah kodratku, sebuah takdir yang terukir dalam darah sejak aku lahir. Bahkan psikiater yang kutemui tiga tahun yang lalu kembali menegaskan jiwaku yang hampa.

Kau tahu? Aku disebutnya skizoid. Katanya, aku takut pada keintiman, takut dikhianati dunia. Karena itu, aku memilih menjadi tak berperasaan.

Mungkin benar, aku telah bersikap kasar padamu, bahkan ketika kau adalah satu-satunya manusia yang mampu melihat sisi yang bahkan tak berani kutatap sendiri.

CR, kau datang seperti cahaya dalam ruangan yang telah lama gelap. Meski singkat di antara segala kisah yang dapat kuceritakan.

Namun, kau telah mengubah dunia yang kukenal. Kau membuatku percaya bahwa di balik semua kepalsuan, masih ada cinta yang tulus, kebaikan yang tak menuntut balasan. Kau memberi tanpa meminta, mengorbankan dirimu tanpa sedikit pun menuntut imbalan. Sementara itu, aku, yang tak pernah tahu bagaimana caranya menerima, hanya menjadi pengecut yang berterima kasih.

Kini, di Valentine kelima tanpamu, aku kembali ke kota ketika kata kita adalah nyata, mengenangmu dengan hati yang masih utuh.

Kau tahu? Aku masih mencintaimu, masih menunggumu, meski aku tahu penantian ini hanyalah keangkuhan yang tak berpijak pada kenyataan.

Aku mungkin telah mencoba mencintai lagi—atau setidaknya, berusaha mencintai. Tapi, tak seorang pun berhasil mengisi ruang dalam diriku seperti halnya dirimu. Bayangmu tetap tinggal, tak tergantikan.

Aku berharap, entah kapan, entah di mana, kita dapat bertemu kembali, baik di alam mimpi atau di alam kemudian. Aku ingin merasakan kembali kehangatan pelukanmu, membiarkan air mataku jatuh dalam belaian tanganmu.

Izinkan sekali lagi kukatakan padamu bahwa: aku tetap mencintaimu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *