Categories Edukasi Rumah Sandy

Kisah Ogoh-Ogoh sebagai Invented Tradition

Sejumlah pemuda terlihat sibuk berkegiatan di sebuah banjar. Malam-malam, mereka bekerja sama membangun sebuah ogoh-ogoh.

Bagi umat Hindu di Indonesia, tidak lengkap merayakan Nyepi tanpa membuat ogoh-ogoh. Setiap banjar, baik di Bali maupun luar Bali, membangun sebuah ogoh-ogoh yang diarak keliling batas desa.

Sejak kapan tradisi ini bermula? Kisah ogoh-ogoh setidaknya dapat ditarik ke 1984, dari banjar kecil di wilayah Denpasar.

Menurut pemberitaan Bali Post (Anonim, 1984), diberitakan bahwa masyarakat adat banjar Kedaton melakukan pawai onggokan. Onggokan merupakan nama awal ogoh-ogoh, berarti sesuatu yang di-onggok (diangkat).

Tujuan membuat onggokan, menurut mereka, adalah sebagai wujud pengusiran bhuta kala yang dilakukan pada tawur kesanga (Anonim, 1984).

Bagaimana wujud onggokan pada masa silam? Mengutip pemberitaan Bali Post setahun kemudian (1985), ia menggambarkan tradisi historis yang terkait dengan Nyepi maupun tawur kesanga.

Sebagai contoh, sebuah banjar di Tegal Agung membuat ogoh-ogoh berwujud dua ekor anjing (Anonim, 1985). Anjing menggambarkan sasih kesanga, yang dianggap sebagai “musim anjing kawin” dalam tradisi Bali.

Lambat laun, ogoh-ogoh menjadi sebuah tradisi. Mengutip Hobsbawm (2004), ia telah menjadi sebuah “invented tradition,” yakni sebuah tata kehidupan, yang tampak memiliki akar historis tertentu, tetapi baru dibangun tak lama.

Ini dapat kita lihat dalam tulisan Supartha (1987), yang mengaitkan keberadaan ogoh-ogoh dengan tradisi masyarakat Bali saat pitra yadnya. Menurutnya, para sangging dan undagi wadah telah menempatkan ogoh-ogoh pada sudut nyatur waton sebuah bade/wadah.

Sumber
– Anonim. (1984, 6 Maret). Lomba Onggokan dan Pawai Obor Masyarakat Adat Br. Kedaton Kesiman. Bali Post
– Anonim. (1985, 21 Maret). Puluhan Ogoh-ogoh Ramaikan Pengerupukan Sore Ini. Bali Post
– Hobsbawn, E. (2004). Introduction: Inventing Traditions. Dalam Eric Hobsbawm & Terence Ranger (eds.). The Invention of Tradition. Cambridge University Press
– Supartha, N. O. (1987, 27 Maret). Ogoh-ogoh. Bali Post Edisi Pedesaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *